makalah



MAKALAH
(LISTRIK DINAMIS)




MATA KULIAH                   : FISIKA
      KELAS/SEMESTER                    : FARMASI A/I
KELOMPOK: 2
RISA SELI                                                    (164111025)                 
TUTI ALAWIYA BAMBALI                      (164111027)
MARIA YOSEFA NATRIS NDOA             (164111018)
FRANSISKA WAE LANGOTUKAN         (164111007)









SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN
   CITRA HUSADA MANDIRI KUPANG
            TAHUN AJARAN 2016/2017


DAFTAR ISI
Cover
BAB 1 Pendahuluan

a.       Latar belakang...............................................................................................3
b.      Rumusan masalah..........................................................................................3
c.       Tujuan............................................................................................................3
BAB 2  Isi
a.       Arus Listrik   .................................................................................................4
b.      Pengukuran Arus Listrik dan Tegangan Listrik....................................................5
c.       Hukum Ohm ..................................................................................................8
d.      Hambatan Listrik............................................................................................10
e.       Rangkaian Hambatan......................................................................................12
f.       Hukum Kirchoft 1..........................................................................................13
g.      Hukum Kirchoft 2..........................................................................................14
h.      Energi dan Daya Listrik..................................................................................16
BAB 3 Penutup
a.       Kesimpulan......................................................................................................18
b.      Saran................................................................................................................18
c.       Penutup............................................................................................................18
Daftar pustaka



BAB 1
PENDAHULUAN

A.    LATAR BELAKANG
Dengan perkembangan waktu dan zaman dari tahun ke tahun listrik sudah menjadi hal terpenting yang tidak dapat dipisahkan dari kehidupan manusia. Listrik membantu kehidupan manusia dalam berbagai hal ataupun kegiatan sehari-hari
Dalam rangkaian listrik terkhususnya rangkaian listrik dinamis terdapat arus listrik yang bekerja pada rangkaian tersebut. Dalam suatu rangkaian juga terdapat berbagai macam hambatan yang mempengaruhi cara kerja dari listrik tersebut. Dan  terdapat pula hukum hukum pada arus listrik dinamis yang menjadi acuan cara kerja dari aliran listrik tersebut.
Masing masing arus listrik memiliki tegangan dan kekuatan yang dapat diukur berdsarkan jumlah arus yang dimiliki.
B.     RUMUSAN MASALAH
Dari latar belakang diatas maka rumusan masalah daam makalah ini adalah
Ø  Apa itu arus listrik?
Ø  Bagaimana cara pengukuran arus listrik?
Ø  Apa itu hambatan listrik?
Ø  Bagaimanakah rangkaian hambatan listrik?
Ø  Apa saja hukum hukum dalam listrik dinamis?
Ø  Apa yang dimaksud denngan energi dan daya listrik
C.    TUJUAN
Tujuan dari makalah ini adalah untuk 
Ø  mengetahui apa yang di maksud dengan arus listrik
Ø  mengetahui cara pengukuran rus listrik dan alat apa yang digunakan dalam pengukuran arus listrik
Ø  mengetahui arti dari hambatan listrik da rangkaian hambatan llistrik tersebut
Ø  mengetahui hukum-hukum yang terdapat dalam listrik dinamis
Ø  mengetahui apa itu energi dan daya listrik dalam listrik dinamis



BAB 2
  ISI

A.    ARUS LISTRIK
Listrik Dinamis merupakan pergerakan muatan atau aliran muatan.Arus listrik merupakan arah gerak muatan-muatan bebas positif.Jika dalam suatu penghantar,terus-menerus terjadi pemindahan netto muatan,maka di dalam penghantar itu ada arus listrik.Didalam penghantar terdapat muatan-muatan bebas yakni electron-electron yang bergerak jika mendapat gaya dari medan listrik.Tiap-tiap muatan bebas mendapat gaya dari muatan listrik karena geraknya mendapat percepatan,namun percepatan yang didapat itu hanya berlangsung dalam waktu yang singkat. Sebab muatan-muatan itu mengalami gesekan akibat tumbukan dengan partikel yang diam
Aliran listrik ditimbulkan oleh muatan listrik yang bergerak di dalam suatu
      penghantar. Arah arus listrik (I) yang timbul pada penghantar berlawanan arah
      dengan arah gerak elektron.
            Muatan listrik dalam jumlah tertentu yang menembus suatu penampang dari
suatu penghantar dalam satuan waktu tertentu disebut sebagai kuat arus listrik. Jadi kuat arus listrik adalah jumlah muatan listrik yang mengalir dalam kawat penghantar tiap satuan waktu.          
Gambar. 8 Segmen dari sebuah kawat penghantar berarus
Jika dalam waktu t mengalir muatan listrik sebesar Q, maka kuat arus listrik I
adalah:
I : kuat arus listrik (coulomb/sekon = ampere, A)
I = Q/t : Q muatan listrik (coulomb)
t : waktu (sekon)
Makin banyak jumlah muatan listrik yang bergerak, makin besar pula kuat
arusnya.
Dari pembahasan di atas, apakah Anda sudah mengerti? Bila belum, coba
perhatikan contoh soal di bawah ini.
Contoh soal:
Jika sebuah kawat penghantar listrik dialiri muatan listrik sebesar 360 coulomb
dalam waktu 1 menit, kita dapat menentukan kuat arus listrik yang melintasi
kawat penghantar tersebut. Caranya seperti berikut:
Diketahui: Q = 360 coulomb
t = 1 menit = 60 sekon
Maka kuat arus listrik ( I ) adalah ….
I           = Q/t
= 360/60
I           = 6 A.  Jadi kuat arus listrik (I) itu adalah 6 A.




B.     Pengukuran Arus Listrik dan Tegangan Listrik
I. Ampermeter
Ampermeter merupakan alat untuk mengukur arus listrik. Bagian terpenting dari
Ampermeter adalah galvanometer. Galvanometer bekerja dengan prinsip gaya
antara medan magnet dan kumparan berarus.
Galvanometer dapat digunakan langsung untuk mengukur kuat arus searah yang
kecil. Semakin besar arus yang melewati kumparan semakin besar simpangan
pada galvanometer. Cara kerja galvanometer ini akan dibahas lebih lanjut pada
saat Anda mempelajari medan magnetik di kelas XII jurusan IPA.
Ampermeter terdiri dari galvanometer yang dihubungkan paralel dengan resistor
yang mempunyai hambatan rendah. Tujuannya adalah untuk menaikan batas ukur
ampermeter. Hasil pengukuran akan dapat terbaca pada skala yang ada pada
ampermeter.
Bagaimana cara menggunakan Ampermeter?
Misalkan Anda akan mengukur kuat arus yang melewati rangkaian pada gambar
1.      Misalkan R adalah lampu, maka:
   
Gambar 1. a. gambar rangkaian sederhana dengan sumber arus dc.
b. rangkaian sebenarnya
Anda harus memasang secara seri ampermeter dengan lampu. Sehingga harus
memutus salah satu ujung (lampu menjadi padam). Selanjutnya hubungkan
kedua ujung dengan kabel pada ampermeter, seperti gambar 2.
Gambar 2. Rangkaian cara menggunakan Ampermeter
Gambar 3. Multimeter yang dapat digunakan sebagai Ampermeter
Hati-hati saat Anda membaca skala yang digunakan, karena Anda harus
memperhatikan batas ukur yang digunakan. Misalnya Anda menggunakan batas
ukur 1A, pada skala tertulis angka dari 0 sampai dengan 10. Ini berarti saat
jarum ampermeter menunjuk angka 10 kuat arus yang mengalir hanya 1 A. Jika
menunjukkan angka 5 berarti kuat arus yang mengalir 0,5 A. Secara umum hasil
pengamatan pada pembacaan ampermeter dapat dituliskan:
Skala yang ditunjuk jarum Ampermeter
Hasil pengamatan = x Batas ukur Ampermeter
Skala maksimal
Bagaimana jika saat Anda mengukur kuat arus jarum menyimpang melewati
batas ukur maksimal? Ini berarti kuat arus yang Anda ukur lebih besar dari batas
ukur alat. Anda harus memperbesar batas ukur dengan menggeser batas ukur
jika masih memungkinkan. Jika tidak Anda harus memasang hambatan shunt
secara paralel pada Ampermeter seperti pada gambar 4 berikut ini.
Gambar 4. Rangkaian hambatan Shunt (Rsh) Ampermeter untuk
memperbesar batas ukurnya.
Besar hambatan shunt yang dipasang pada Ampermeter tersebut adalah:
Rsh = 1/(n-1) Ra

dengan Rsh = Hambatan shunt satuannya Ω (dibaca Ohm)
n =I/IA= Kelipatan batas ukur
I = Batas ukur sesudah dipasang hambatan shunt (A)
IA = Batas ukur sebelum di pasang hambatan shunt (A)
RA = Hambatan dalam Ampermeter ( Ω )
Untuk lebih memahami uraian di atas pelajari contoh soal berikut ini.
1.      Berapa kuat arus yang mengalir pada rangkaian berikut ini?
Diketahui: Skala maksimal = 10
Batas ukur = 5A
Ditanya: Hasil pengamatan?
Jawab: Hasil pengamatan = x 5 A
= 2 A
B. Voltmeter
Voltmeter adalah alat untuk mengukur tegangan listrik atau beda potensial antara

dua titik. Voltmeter juga menggunakan galvanometer yang dihubungkan seri
dengan resistor. Coba Anda bedakan dengan Ampermeter!
Beda antara Voltmeter dengan Ampermeter adalah sebagai berikut:
1. Ampermeter merupakan galvanometer yang dirangkai dengan hambatan
shunt secara seri, Voltmeter secara paralel.
2. Hambatan Shunt yang dipasang pada Ampermeter nilainya kecil sedangkan
pada Voltmeter sangat besar.
Bagaimana menggunakan Voltmeter?
Menggunakan Voltmeter berbeda dengan menggunakan Ampermeter, dalam
menggunakan Voltmeter harus dipasang paralel pada kedua ujung yang akan
dicari beda tegangannya. Misalkan Anda kan mengukur beda tegangan antara
ujung-ujung lampu pada gambar 5.

Gambar 5. Rangkaian dengan sumber arus dc.
Anda cukup mengatur batas ukur pada alat dan langsung hubungkan dua kabel
dari voltmeter ke ujung-ujung lampu seperti pada gambar 6.
Gambar 6. Mengukur tegangan.
Skala yang ditunjukkan jarum pada Voltmeter
Hasil pengamatan = x batas ukur
Skala maksimal
Seperti pada saat Anda menggunakan Ampermeter, jika jarum pada voltmeter
melewati batas skala maksimal, berarti beda potensial yang Anda ukur lebih
besar dari kemampuan alat ukur. Sehingga Anda harus memperbesar batas
ukur. Caranya dengan memasang resistor (hambatan muka) secara seri pada
voltmeter. Seperti gambar 7.
Gambar 7. Rangkaian hambatan muka (Rm) pada Voltmeter
untuk memperbesar batas ukurnya.
Besar hambatan muka yang dipasang pada Voltmeter tersebut adalah:
Rm = (n – 1) Rv
dengan Rm = hambatan muka ( )
n = = kelipatan batas ukur Voltmeter
Vv = batas ukur Voltmeter sebelum dipasang hambatan muka (Volt)
V = batas ukur Voltmeter setelah dipasang hambatan muka (Volt)
Rv = hambatan dalam Voltmeter ( Ω )
Contoh:
Sebuah Voltmeter mempunyai hambatan dalam 3 k , dapat mengukur tegangan
maksimal 5 Volt. Jika ingin memperbesar batas ukur Voltmeter menjadi 100 Volt,
tentukan hambatan muka yang harus dipasang secara seri pada Voltmeter.
Diketahui: Rv = 3 k
Vv = 5 Volt
V = 100 Volt
Ditanya: Rm?
Jawab: n = = 20
Rm = (n – 1) . Rv
= (20 – 1) . 3 k Ω
= 57 k
Alat ukur yang Anda pelajari di atas adalah untuk arus searah (dc). Jika ingin
digunakan pada arus bolak-balik harus disesuaikan dengan menambahkan diode.

Cara memasang Amperemeter :
Titik yang potensialnya lebih tinggi dihubungkan ke terminal “+” dan titik potensialnya yang lebih rendah dihubungkan ke terminal “-“.Jika dihubungkan terbalik,jarum penunjuk akan menyimpang dalam arah berlawanan yaitu membentur sisi tanda nol {0},sehingga amperemeter dapat rusak.Dan yang paling penting diperhatikan,ketika memasang amperemeter seri dengan komponen yang akan diukur kuat arusnya adalah rangkaiannya harus dipotong.Untuk memasang voltmeter secara paralel ,kita tidak perlu memotong rangkaian.Kita hanya memperhatikan mana ujung komponen yang potensialnya lebih besar.Ujung potensial yang lebih besar tersebut dihubungkan keterminal positif dan yang potensialnya lebih kecil dihubungkan keterminal negative.
C.    Hukum Ohm 
George Simon Ohm
Aliran arus listrik dalam suatu rangkaian tidak berakhir pada alat listrik. tetapi melingkar kernbali ke sumber arus. Pada dasarnya alat listrik bersifat menghambat alus listrik. Hubungan antara arus listrik, tegangan, dan hambatan dapat diibaratkan seperti air yang mengalir pada suatu saluran. Orang yang pertama kali meneliti hubungan antara arus listrik, tegangan. dan hambatan adalah George Simon Ohm (1787-1854) seorang ahli fisika Jerman. Hubungan tersebut lebih dikenal dengan sebutan hukum Ohm. Setiap arus yang mengalir melalui suatu penghantar selalu mengalami hambatan. Jika hambatan listrik dilambangkan dengan R. beda potensial V, dan kuat arus I, hubungan antara R, V, dan I secara matematis dapat ditulis:
Rumus hambatan listrik
Sebuah penghantar dikatakan mempunyai nilai hambatan 1 Ω jika tegangan 1 V di antara kedua ujungnya mampu mengalirkan arus listrik sebesar 1 A melalui konduktor itu. Data-data percobaan hukum Ohm dapat ditampilkan dalam bentuk grafik seperti gambar di samping. Pada pelajaran Matematika telah diketahui bahwa kemiringan garis merupakan hasil bagi nilai-nilai pada sumbu vertikal (ordinat) oleh nilai-nilai yang bersesuaian pada sumbu horizontal (absis). Berdasarkan grafik, kemiringan garis adalah α = V/T Kemiringan ini tidak lain adalah nilai hambatan (R). Makin besar kemiringan berarti hambatan (R) makin besar. Artinya, jika ada suatu bahan dengan kemiringan grafik besar. bahan tersebut makin sulit dilewati arus listrik. Komponen yang khusus dibuat untuk menghambat arus listrik disebut resistor (pengharnbat).
Sebuah resistor dapat dibuat agar mempunyai nilai hambatan tertentu. Jika dipasang pada rangkaian sederhana, resistor berfungsi untuk mengurangi kuat arus. Namun, jika dipasang pada rangkaian yangrumit, seperti radio, televisi, dan komputer, resistor dapat berfungsi sebagai pengatur kuat arus. Dengan demikian, komponen-komponen dalam rangkaian itu dapat berfungsi dengan baik. Resistor sederhana dapat dibuat dari bahan nikrom (campuran antara nikel, besi. krom, dan karbon). Selain itu, resistor juga dapat dibuat dari bahan karbon. Nilai hambatan suatu resistor dapat diukur secara langsung dengan ohmmeter. Biasanya, ohmmeter dipasang hersama-sama dengan amperemeter dan voltmeter dalam satu perangkat yang disebut multimeter. Selain dengan ohmmeter, nilai hambatan resistor dapat diukur secara tidak langsung dengan metode amperemeter voltmeter.
Hukum ohm adalah hukum yang menghubungkan antara kuat arus listrik, beda potensial, dan hambatan. Rumus hukum ohm:Bunyi hukum ohm “Kuat arus yang mengalir pada suatu kawat penghantar sebanding dengan tegangan yang memindahkannya”.
Rumus hukum Ohm :V= R* I
  Dimana
  V=tegangan atau beda potensial(volt)
R=hambatan (ohm)
I=kuat arus(ampere)
Dalam persamaan ini kuat arus yang mengalir dalam suatu kawat penghantar(yang tidak mengalami perubahan suhu)besarnya : Sebanding dengan tegangan yang menimbulkannya Berbanding terbalik dengan hambatan kawat penghantar
Contoh:
Pada sebuah tahanan listrik sebesar 20 ohm terukur arus sebesar 2 A.Tentukan besar tegangan.
Penyelesaiannya:
R=20Ω
I=2 A
Maka V=R*I
=20*2=40 volt.


Contoh Soal
Berikut ini adalah soal-soal yang berhubungan dengan listrik dinamis:  Kuat arus di dalam sepotong kawat penghantar adalah 10 A. Berapa menit waktu yang diperlukan oleh muatan sebesar 4.800 coulomb untuk mengalir melalui penampang tersebut?
Jawaban:    Diketahui: I = 10 A     Q = 4.800 coulomb
            Ditanyakan:    t...?
Penyelesaian: I = Q / t
    t = Q / I = 4.800 C / 10 A = 480 s atau 8 menit.
Rumus beda potensial atau sumber tegangan (V)
Beda potensial atau sumber tegangan disimbolkan dengan V, memiliki satuan Volt (V), dirumuskan:
V = W / Q
Keterangan:
  V = beda potensia atau sumber tegangan listrik (Volt)
            W = energi (Joule)
              Q = muatan (Coulomb)
D.    Hambatan Listrik (R)
Nilai hambatan suatu penghantar tidak bergantung pada beda potensialnya. Beda potensial hanya dapat mengubah kuat arus yang melalui penghantar itu. Jika penghantar yang dilalui sangat panjang, kuat arusnya akan berkurang. Hal itu terjadi karena diperlukan energi yang sangat besar untuk mengalirkan arus listrik pada penghantar panjang. Keadaan seperti itu dikatakan tegangan listrik turun. Makin panjang penghantar, makin besar pula penurunan tegangan listrik.
Dengan persamaan R=Þ* l/A
Keterangan :
R= hambatan (ohm)
L=panjang penghantar(m)
A=luas penampang(m2)
Þ= hambatan jenis (ohm m)

Bahan
Hambatan(Þ)
       (°C)-1
Konduktor


Perak
1,59*10-8
0,0061
Tembaga
1,68*10-8
0,0068
Emas
2,44*10-8
0,0034
Milenium
2,65*10-8
0,00429
Besi
9,71*10-8
0,00651
Air Raksa
98*10-8
0,0009
Semi Konduktor


Silicon
0.1-60
-0,07
Isolator


Kaca
109-1012

Karet padatan
1013-1015

Hubungan Þ dengan kenaikan suhu
ÞT  = Þ o (1+α ∆T)
keterangan:
ÞT=hambatan jenis pada suhu T
Þ○=Mula-mula
Α=koefesiensi suhu (°C)
∆T=Perubahan suhu(T2-T1)
Α merupakan kenaikan Þ setiap kenaikan suhu 1°C
Hubungan hambatan penghantar dengan suhu
RT=R0(1+α∆T)
Keterangan:
RT= hambatan penghantar pada suhu T
R0= hambatan penghantar mula-mula
α= koefisiensi suhu °K(+273)
∆T= kenaikan suhu
  • Rangkaian Hambatan
Susunan seri menyebabkan hambatan total ran gkaian menjadi lebih besar,sedangkan susunan paralel menyebabkan hambatan total paralel menjadi lebih kecil.
E.RANGKAIAN HAMBATAN
    Hambatan Seri
Berdasarkan hukum Ohm: V = IR, pada hambatan R1 terdapat teganganV1 =IR1 dan pada hambatan R2 terdapat tegangan V2 = IR 2. Karena arus listrik mengalir melalui hambatan R1 dan hambatan R2, tegangan totalnya adalah VAC = IR1 + IR2. Mengingat VAC merupakan tegangan total dan kuat arus listrik yang mengalir pada rangkaian seperti di atas (rangkaian tak bercabang) di setiap titik sama makaVAC = IR1 + IR2I R1 = I(R1 + R2) R1 = R1 + R2 ; R1 = hambatan totalRangkaian seperti di atas disebut rangkaian seri. Selanjutnya, R1 ditulis Rs (R seri) sehingga Rs = R1 + R2 +...+Rn, dengan n = jumlah resistor. Jadi, jika beberapa buah hambatan dirangkai secara seri, nilai hambatannya bertambah besar. Akibatnya, kuat arus yang mengalir makin kecil. Hal inilah yang menyebabkan nyala lampu menjadi kurang terang (agak redup) jika dirangkai secara seri. Makin banyak lampu yang dirangkai secara seri, nyalanya makin redup. Jika satu lampu mati (putus), lampu yang lain padam.
V=i*R
V1= iR1+iR2+iR3
V=V1+V2+V3
iRS=iR1+iR2+iR3
iRs=i(R1+R2+R3)
Rs=R1+R2+R3
Rs=∑Ri
Karena HAmbatan R menjadi lebih besar maka kuar arus menjadi lebih kecil.
     Hambatan Paralel
Rangakaian Paralel - Hambatan Total
Pada rangkaian seperti di atas (rangkaian bercabang), V AB =V1 = V2 = V. Dengan demikian, diperoleh persamaan
Rangakaian Paralel Rangkaian yang menghasilkan persamaan seperti di atas disebut rangkaian paralel. Oleh karena itu, selanjutnya Rt ditulis Rp (Rp = R paralel). Dengan demikian, diperoleh persamaan Rangakaian Paralel Berdasarkan persamaan di atas, dapat disimpulkan bahwa dalam rangkaian paralel, nilai hambatan total (Rp) lebih kecil dari pada nilai masing-masing hambatan penyusunnya (R1 dan R2). Oleh karena itu, beberapa lampu yang disusun secara paralel sama terangnya dengan lampu pada intensitas normal (tidak mengalami penurunan). Jika salah satu lampu mati (putus), lampu yang lain tetap menyala.
V=iR  atau  i= ∑Ri
I=i1+i2+i3
V/Rp=V/R1+V/R2+V/R3
Jadi 1/Rp=1/R1+1/R2+1/R3
Hambatan pengganti paralel lebih kecil dari pada hambatan resistor yang terkecil.Jadi untuk memperoleh hambatan pengganti paling kecil dari beberapa resistor maka resistor itu harus disusun paralel.
F.Hukum Kirchoft 1
            Dalam alirannya, arus listrik juga mengalami cabang-cabang.
Ketika arus listrik melalui percabangan tersebut, arus listrik terbagi pada setiap
percabangan dan besarnya tergantung ada tidaknya hambatan pada cabang
tersebut. Bila hambatan pada cabang tersebut besar maka akibatnya arus listrik
yang melalui cabang tersebut juga mengecil dan sebaliknya bila pada cabang,
hambatannya kecil maka arus listrik yang melalui cabang tersebut arus listriknya
besar.
Selanjutnya hubungan jumlah kuat arus listrik yang masuk ke titik percabangan/
simpul dengan jumlah kuat arus listrik yang keluar dari titik percabangan akan
diselidiki dengan percobaan pada lembar percobaan dan diharapkan Anda
mencobanya.
Dari percobaan akan didapatkan bahwa penunjukkan ampere meter A1 sama
dengan penjumlahan penunjukkan A2 dan A3 (lihat gambar 10)
Hal tersebut dikenal sebagai hukum I Kirchhoff yang berbunyi:
Jumlah kuat arus listrik yang masuk ke suatu titik simpul sama dengan jumlah
kuat arus listrik yang keluar dari titik simpul tersebut.
Hukum I Kirchhoff tersebut sebenarnya tidak lain sebutannya dengan hukum
kekekalan muatan listrik seperti tampak dalam analogi pada gambar 3.2 berikut.
Hukum I Kirchhoff secara matematis dapat dituliskan sebagai:
Imasuk = Ikeluar dibaca ‘sigma’ artinya jumlah
 
Gambar 8. Skema diagram untuk                               Gambar 10. Rangkaian untuk
Hukum I Kirchhoff                                                     
menyelidiki kuat arus yang masuk dan
keluar dari suatu titik simpul
Bila Anda telah menyimak uraian di atas, dan telah memahaminya, silakan Anda
coba selesaikan/kerjakan soal berikut.
Bila Anda belum memahami dengan baik, silakan Anda ulangi lagi sampai Anda
dapat memahaminya dengan baik.
Contoh soal:
Perhatikanlah titik simpul A dari suatu
rangkaian listrik seperti tampak pada
gambar!
Kuat arus I1 = 10 A, I2 = 5 A arah menuju
titik A.
Kuat arus I3 = 8 A arah keluar dari titik A
Berapakah besar dan arah kuat arus I4?
Penyelesaian: menurut Hukum I Kirchhoff =  åImasuk =  åIkeluar
Selanjutnya  åImasuk = I1 + I2 = 10 + 5 = 15 ampere.
I3 = 8 A arahnya keluar dari titik A berarti I4 pastilah berarah keluar sehingga:
 åIkeluar = I3 + I4 = 8 + I4
Akhirnya:  å Imasuk = å Ikeluar
I1 + I2 = I3 + I4
I5 = 8 + I4
I4 = 15 – 8 = 7 A
I4 = 7 ampere arahnya keluar dari titik A
G.    Hukum Kirchoft 2                                                                                                  
Pemakaian Hukum II Kirchhoff pada rangkaian tertutup yaitu karena ada
rangkaian yang tidak dapat disederhanakan menggunakan kombinasi seri dan
paralel.
Umumnya ini terjadi jika dua atau lebih ggl di dalam rangkaian yang dihubungkan
dengan cara rumit sehingga penyederhanaan rangkaian seperti ini memerlukan
teknik khusus untuk dapat menjelaskan atau mengoperasikan rangkaian tersebut.
Jadi Hukum II Kirchhoff merupakan solusi bagi rangkaian-rangkaian tersebut
yang berbunyi:
Di dalam sebuah rangkaian tertutup, jumlah aljabar gaya gerak listrik ( å) dengan
penurunan tegangan (IR) sama dengan nol.
Dirumuskan:  åe+ å IR = 0
Selanjutnya ada beberapa tahap yang diperkenalkan pada Anda melalui kegiatan
3 ini yaitu pertama rangkaian dengan satu loop (loop adalah rangkaian tertutup)
serta selanjutnya rangkaian dengan dua loop atau lebih.
Rangkaian dengan satu loop
Pada gambar 12 berikut menunjukkan rangkaian sederhana dengan satu loop.
Pada rangkaian tersebut, arus listrik yang mengalir adalah sama, yaitu I (karena
pada rangkaian tertutup).
Dalam menyelesaikan persoalan di dalam loop perhatikan hal-hal berikut ini!
a. Kuat arus bertanda positif jika searah dengan loop dan bertanda negatif jika
berlawanan dengan arah loop.
           
b. GGL bertanda positif jika kutub positipnya lebih dulu di jumpai loop dan
sebaliknya ggl negatif jika kutub negatif lebih dulu di jumpai loop.
Misalkan kita ambil arah loop searah dengan arah I, yaitu a-b-c-d-a
Gambar 12. Rangkaian dengan satu loop
Kuat arus listrik I di atas dapat ditentukan dengan menggunakan Hukum II
Kirchhoff:  åe+ å IR = 0
å 1 + å 2 + I (r1 + r2 + R) = 0
Jika harga å1, å2, r1, r2 & R diketahui maka kita dapat menentukan harga I-nya!
Rangkaian dengan dua loop atau lebih
Rangkaian yang memiliki dua loop atau lebih disebut juga rangkaian majemuk.
Langkah-langkah dalam menyelesaikan rangkaian majemuk ini adalah sebagai
berikut:
Gambar 13. Rangkaian dengan dua loop



H.ENERGI DAN DAYA LISTRIK
  1. Energi Listrik
Besarnya energi listrik yang hilang dan berubah menjadi energi bentuk lain ketika saat hambatan (R) dialiri arus listrik (i) dapat dihitung memakai persamaan sebagai berikut:W= V.i.t
Dimana W= besar energi listrik
V=tegangan
I= kuat arus
T=waktu
 Gambar 14. Baterai membangkitkan energi pada hambatan R


Sebuah baterai dengan tegangan
V, selama waktu t mengalirkan
muatan elektron sebanyak q melalui
hambatan R. Untuk itu baterai
melakukan usaha W yang besarnya
sama dengan perubahan energi
potensial å Ep = V.q
kita tuliskan: W =  åE p = V . q
karena q = I . t, dimana I adalah kuat arus listrik dan t waktu, maka besar usaha
yang dilakukan adalah:
W = V . I . t
karena V = I . R, maka besar usaha W yang sama dengan energi listrik adalah
W = V . I . t = I2 . R . t =
Dimana: W = energi listrik dalam Joule
I = arus listrik dalam Ampere
R = hambatan dalam Ohm
V = beda potensial dalam Volt
  t = waktu dalam sekon (S)
 q = muatan (C)
Daya Listrik
Besar Daya listrik (P) pada suatu alat listrik adalah merupakan besar energi listrik
(W) yang muncul tiap satuan waktu (t), kita tuliskan.
P =  → W = P . t
dengan satuan P adalah Joule (S)1 atau watt. Jika nilai W pada persamaan (6 - 4)
kita substitusikan pada persamaan (6-5), maka kita dapatkan nilai daya listrik P
besarnya adalah: P = V . I = I2 . R =


BAB 3
PENUTUP
a.      kesimpulan
Listrik dinamis adalah lsitrik dengan arus yang bergerak, memiliki besar hambatannya sendiri dan dapat sangat berguna bagi kehidupan manusia sehari hari
b.      Saran
Menyadari baha penulisan makalah ini masih jauh dari kata sempurna, kedepannya kami akan lebih berusaha untuk menjelaskan tentang makalah di atas dengan sumber-sumber yang lebih banyak sehingga dapat dipertanggung  jawabkan.
c.       Penutup
Demikian yang dapat kami paparkan mengenai materi yang menjadi pokok bahasan dalam makalah ini , tentunya masih banyak kelemahan dan kekurangannya, karena terbatasnya pengetahuan dan kurangnya referensi yang berhubungan dengan judul dari makalah ini.
Kami sangat berharap kepada pembaca agar memberikan kritik dan  saran yang membangun  bagi kami demi meningkatkan isi dari makala ini dan penulisan makalah-makalah pada kesepatan berikutnya. Semoga makalah ini berguna bagi kami terkhususnya juga bagi para pembaca.



Daftar pustaka
https://joenita.wordpress.com/fisika/listrik-dinamismakalah/
adobe reader-LISTRIK dinamis.pdf
https://wikipedia.com/fisika/listrikdinamis/

Komentar

Postingan populer dari blog ini

makalah metabolisme dan termoregulasi pada manusia

DIABETES MELITUS TIPE 1 DAN TIPE 2 (PENGERTIAN, ETIOLOGI, PENATALAKSANAAN)

SUNSET KOTA KUPANG