makalah metabolisme dan termoregulasi pada manusia



BAB I
PENDAHULUAN

1.1  Latar Belakang
Metabolisme adalah proses (pembentukan dan penguraian) zat-zat yang diperlukan oleh tubuh agar tubuh dapat menjalankan fungsinya. Metabolisme juga dapat diartikan sebagai proses pengolahan (pembentukan dan penguraian “Katabolisme dan Anabolisme”) zat-zat yang diperlukan oleh tubuh untuk menjalankan fungsinya. Kelainan metabolisme adalah keadaan tubuh yang tidak mampu menjalankan proses metabolisme karena sesuatu dan hal lain. Yang paling berpengaruh bisa atau ketidakbisaan tubuh  disebabkan oleh kelainan tidak memiliki suatu enzim yang diperlukan untuk membantu metabolisme.
            Termoregulasi adalah Kemampuan yang dimiliki oleh manusia untuk mempertahankan panas tubuhnya. Pengaturan suhu tubuh (termoregulasi), pengaturan cairan tubuh, dan ekskresi adalah elemen-elemen dari homeostasis.

1.2  Tujuan
            Untuk mengetahui Metabolisme dan Termogulasi dalam tubuh manusia










BAB II
PEMBAHASAN
2.1 METABOLISME
A.    Pengertian Metabolisme
            Metabolisme berasal dari bahasa Yunani, yaitu “metabole” yang berarti perubahan. Metabolisme adalah suatu proses kimiawi yang terjadi di dalam tubuh semua makhluk hidup, proses ini merupakan pertukaran zat ataupun suatu organisme dengan lingkungannya. Metabolisme merupakan totalitas proses kimia di dalam tubuh. Metabolisme meliputi segala aktivitas hidup yang bertujuan agar sel tersebut mampu untuk tetap bertahan hidup, tumbuh, dan melakukan reproduksi. Semua sel penyusun tubuh makhluk hidup memerlukan energi agar proses kehidupan dapat berlangsung. Sel-sel menyimpan energi kimia dalam bentuk makanan kemudian mengubahnya dalam bentuk energi lain pada proses metabolisme.

B.     Fungsi Metabolisme
            Metabolisme memiliki peran yang penting bagi proses yang terjadi dalam tubuh makhluk hidup, diantaranya adalah sebagai berikut :
·         Menghasilkan, energi bagi dari proses perubahan zat-zat makanan yang ada di dalam tubuh.
·         Zat-zat lain yang berasal dari protein berguna untuk pertumbuhan dan respirasi jaringan tubuh.
·         Mengganti jaringan yang rusak atau membentuk jaringan.
·         Menyusun unit pembangun menjadi protein, asam nukleat dan komponen sel lainnya.

C.     Macam-Macam Metabolisme
            Metabolisme secara umum terbagi atas 2 yaitu katabolisme dan anabolisme  yang pastinya memiliki tugas atau perannya masing-masing. Untuk lebih jelasnya, perhatikan poin berikut :
1.      Katabolisme
      Katabolisme merupakan reaksi penguraian senyawa yang kompleks menjadi senyawa yang lebih sederhana dengan bantuan enzim. Contohnya yaitu respirasi yang merupakan proses penguraian bahan makanan yang menghasilkan energi.
Berdasarkan kebutuhan akan O2, terdapat respirasi aerobik (C6H12O6 + 6O2 à 6H2O + 6CO2 + 675 kkal) dan anaerobik (C6H12O6 à 2C2H5OH + 2CO2 + 21 kkal). Berikut gambar proses respirasi aerobic :
Katabolisme
Katabolisme

     Katabolisme karbohidrat contohnya seperti respirasi dengan glukosa sebagai bahan baku yang diuraikan menjadi CO2 dan H2O serta menghasilkan energi. Dalam respirasi aerobik terjadi beberapa proses yaitu glikolisis (penguraian satu molekul glukosa menjadi asam purivat, NADH dan ATP), siklus krebs (perubahan asetil KoA menjadi asam sitrat), Transportasi electron (elektron dan H+ dari NADH dan FADH2 dibawa dari substrat satu ke substrat yang lain).
     Respirasi anaerobik adalah reaksi karbohidrat untuk mendapatkan energi tanpa menggunakan O2. Reaksi ini terjadi pada jaringan yang kekurangan O2, akar tumbuhan yang terendam air, biji tebal yang sulit ditembus O2, sel ragi dan bakteri anaerobik. Fermentasi juga termasuk dalam respirasi anaerobik. Sering kali diistilahkan proses penguraian zat oleh mikroorganisme pengurai menggunakan enzim-enzim yang ada di dalam sel. Fermentasi sebagai perubahan enzimatik dari substansi organik oleh mikroorganismee untuk menghasilkan produk-produk organik yang lebih sederhana.   Katabolisme lemak memiliki reaksi sederhana yaitu Trigliserida + 3H2O ---à gliserol + 3 asam lemak. Katabolisme protein yang juga mengurai protein menjadi asam amino. Asam amino diubah menjadi asam piruvat dan asetil KoA. Gugus amino yang dilepas dari asam amino dibawa ke hati untuk diubah menjadi amonia (NH3) dan dibuang lewat urin.
2.      Anabolisme
      Anabolisme merupakan reaksi penyusunan zat yang berlangsung di dalam sel. Anabolisme memiliki beberapa jenis yaitu :
Anabolisme karbohidrat yang termasuk proses fotosintesis, siklus Calvin (proses penggunaan ATP dan NADPH untuk mengubah CO2 menjadi gula), kemosintesis (penyusunan bahan organic dengan menggunakan energi dari pemecahan senyawa kimia.
         Anabolisme, Fotosintesis
Anabolisme (Fotosintesis)

         Anabolisme, Siklus Calvin
Anabolisme (Siklus Calvin)
        Anabolisme lemak yang juga disebut lipogenesis yang terjadi di dalam sitoplasma yang memiliki enzim kompleks yaitu asam lemak sitetase. Lemak dapat disintesis dari protein dan karbohidrat. Sintesis lemak biasanya berlangsung di rektikulum endoplasma. Anabolisme protein yang tersusun atas senyawa asam amino. Penyusun gugus amino –NH2 pada suatu substrat disebut aminasi. Ada dua cara sintesi protein yaitu, reaksi animasi reduksi dan reaksi transaminasi. Reaksi aminasi reduksi, diantaranya adalah aminasi dari asam oksaloasetat akan menghasilkan asam aspartat dan aminasi dari asam piruvat akan menghasilkan alanin. Reaksi transaminasi, diantaranya adalah reaksi yang melibatkan satu gugus amino dari satu asam amino ke suatu asam α-ketoglutamat dan asam amino baru.
D.    Proses Metabolisme
Didalam tubuh terjadi 3 proses metabolisme utama yaitu :
1.      Metabolisme Karbohidrat
      Pada proses pencernaan makanan, karbohidrat mengalami proses hidrolisis (penguraian dengan menggunakan molekul air). Proses pencernaan karbohidrat terjadi dengan menguraikan polisakarida menjadi monosakarida. Ketika makanan dikunyah, makanan akan bercampur dengan air liur yang mengandung enzim ptialin (suatu α amilase yang disekresikan oleh kelenjar parotis di dalam mulut). Enzim ini menghidrolisis pati (salah satu polisakarida) menjadi maltosa dan gugus glukosa kecil yang terdiri dari tiga sampai sembilan molekul glukosa. Makanan yang berada di mulut hanya dalam waktu yang singkat dan mungkin tidak lebih dari 3-5% dari pati yang telah dihidrolisis pada saat makanan ditelan. Sekalipun makanan tidak berada cukup lama dalam mulut untuk dipecah oleh ptialin menjadi maltosa, tetapi kerja ptialin dapat berlangsung terus menerus selama satu jam setalah makanan memasuki lambung, yaitu sampai isi lambung bercampur dengan zat yang disekresikan oleh lambung. Selanjutnya aktivitas ptialin dari air liur dihambat oleh zat asam yang disekresikan oleh lambung. Hal ini dikarenakan ptialin merupakan enzim amilase yang tidak aktif saat PH medium turun di bawah 4,0. Setelah makan dikosongkan dari lambung dan masuk ke duodenum (usus dua belas jari), makanan kemudian bercampur dengan getah pankreas. Pati yang belum di pecah akan dicerna oleh amilase yang diperoleh dari sekresi pankreas. Sekresi pankreas ini mengandung α amilase yang fungsinya sama dengan α-amilase pada air liur, yaitu memecah pati menjadi maltosa dan polimer glukosa kecil lainnya. Namun,pati pada umumnya hampir sepenuhnya di ubah menjadi maltosa dan polimer glukosa kecil lainnya sebelum melewati lambung. Hasil akhir dari proses pencernaan adalah glukosa, fruktosa, glaktosa, manosa dan monosakarida lainnya. Senyawa-senyawa tersebut kemudian diabsorpsi melalui dinding usus dan dibawa ke hati oleh darah.
      Glukosa sebagai salah satu hasil dari pemecahan pati akan mengalami dua proses di dalam hati, yaitu :
a)      Glukosa akan beredar bersama aliran darah untuk memenuhi kebutuhan energi sel-sel tubuh.
b)      Jika di dalam hati terdapat kelebihan glukosa (gula darah), glukosa akan di ubah menjadi glikogen (gula otot) dengan bantuan hormon insulin dan secara otomatis akan menjaga keseimbangan gula darah. Glikogen di simpan di dalam hati. Jika sewaktu-waktu dibutuhkan, glikogen diubah kembali menjadi glukosa dengan bantuan hormon adrenalin.
2.      Metabolisme Protein
      Protein dalam makanan hampir sebagian besar berasal dari daging dan sayur-sayuran. Protein dicerna di lambung oleh enzim pepsin, yang aktif pada pH 2-3 (suasana asam). Pepsin mampu mencerna semua jenis protein yang berada dalam makanan. Salah satu hal terpenting dari penceranaan yang dilakukan pepsin adalah kemampuannya untuk mencerna kolagen. Kolagen merupakan bahan dasar utama jaringan ikat pada kulit dan tulang rawan. Pepsin memulai proses pencernaan protein. Proses pencernaan yang dilakukan pepsin meliputi 10-30% dari pencernaan protein total. Pemecahan protein ini merupakan proses hidrolisis yang terjadi pada rantai polipeptida. Sebagian besar proses pencernaan protein terjadi di usus. Ketika protein meninggalkan lambung, biasanya protein dalam bentuk proteosa, pepton, dan polipeptida besar. Setelah memasuki usus, produk-produk yang telah dipecah sebagian besar akan bercampur dengan enzim pankreas di bawah pengaruh enzim proteolitik seperti tripsin,kimotripsin, dan peptidase. Baik tripsin maupun kimotripsin memecah molekul protein menjadi polipeptida kecil. Peptidase kemudian akan melepaskan asam-asam amino. Asam amino yang terdapat dalam darah berasal dari tiga sumber, yaitu penyerapan melalui dinding usus, hasil penguraian protein dalam sel, dan hasil sintesis asam amino dalam sel. Asam amino yang disintesis dalam sel maupun yang dihasilkan dari proses penguraian protein dalam hati dibawa oleh darah untuk digunakan di dalam jaringan. Dalam hal ini hati berfungsi sebagai pengatur konsentrasi asam amino dalam darah.
      Kelebihan protein tidak disimpan dalam tubuh, melainkan akan dirombak di dalam hati menjadi senyawa yang mengandung unsur Nitrogen (N), seperti NH3 (amonia) dan NH4OH (amonium hidroksida), serta senyawa yang tidak mengandung unsur Nitrogen. Senyawa yang mengandung unsur N akan disintesis menjadi urea. Pembentukan urea berlangsung di dalam hati karena hanya sel-sel hati yang dapat menghasilkan enzim arginase. Urea yang dihasilkan tidak dibutuhkan oleh tubuh, sehingga diangkut bersama zat-zat lainnya menuju ginjal lalu dikeluarkan melalui urin. Sebaliknya, senyawa yang tidak mengandung unsur N akan disintesis kembali mejadi bahan baku karbohidrat dan lemak, sehingga dapat dioksidasi di dalam tubuh untuk menghasilkan energi.
3.      Metabolisme Lemak
              Pencernaan lemak tidak terjadi di mulut dan lambung karena di tempat tersebut tidak terdapat enzim lipase yang dapat menghidrolisis atau memecah lemak. Pencernaan lemak terjadi di dalam usus, karena usus mengandung lipase.
              Lemak keluar daari lambung masuk ke dalam usus sehingga merangsang hormon kolesistokinin. Hormon kolesistokinin menyebabkan kantung empedu berkontraksi sehingga mengeluarkan cairan empedu ke dalam duodenum (usus dua belaas jari).Empedu mengandung garam empedu yang memegang peranan penting dalam mengemulsikan lemak. Emulsi Lemak merupakan pemecahan lemak yang berukuran besar menjadai butiran lemak yang berukuran lebih kecil. Ukuran lemak yang lebih kecil (trigliserida) yang teremulsi akan memudahkan hidrolisis lemak oleh lipase yang dihasilkan dari penkreas. Lipase pankreas akan menghidrolisis lemak teremulsi menjadi campuran asam lemak dan monoligserida (gliserida tunggal). Pengeluaran cairan penkreas dirancang oleh hormon sekretin yang berperan dalam meningkatkan jumlah elektrolit (senyawa penghantar listrik) dan cairan pankreas, serta pankreoenzim yang berperan untuk merangsang pengeluaran enzim-enzim dalam cairan pankreas.
E.     Gangguan pada Metabolisme
Absorpsi hasil pencernaan lemak sebagian besar (70%) terjadi di usus halus. Pada waktu asam lemak dan monogliserida di absorpsi melalui sel-sel mukosa pada dinding usus, keduanya diubah kembali menjadi lemak (trigliserida dengan bentuk partikel-partikel kecil (jaringan lemak). Saat dibutuhkan, timbunan lemak tersebut akan diangkut menuju hati. Akibat Kerusakan Metabolisme
            Setiap orang membutuhkan energi untuk bertahan hidup dan melakukan aktivitas. Energi dapat diperoleh dari makanan dan dapat pula berasal dari cadangan energi yang tersimpan dalam tubuh (misalnya cadangan pada jaringan lemak). Apabila makanan yang dikonsumsi memiliki energi lebih sedikit daripada energi yang dikeluarkan (in < out), maka akan terjadi penurunan berat badan. Begitu juga sebaliknya, jika mengonsumsi makanan yang mengandung kalori lebih banyak daripada yang dikeluarkan (in > out), maka terjadi peningkatan berat badan.
            Penyakit gangguan metabolisme dapat ditimbulkan karena kelebihan atau kekurangan zat bersangkutan. Berikut segolongan penyakit akibat gangguan metabolisme dan bersifat sistemik. 
Penyakit ini ada 3 golongan:
1.    Gangguan metabolisme karbohidrat
2.    Gangguan metabolisme protein
3.    Gangguan metabolisme lemak

a)      Gangguan metabolisme karbohidrat
1)      Diabetes melitus (Hiperglykemia) merupakan penyakit akibat gangguan metabolisme karbohidrat. Dasar penyakit ini adalah defisiensi insulin. Gejala klinis penyakit :
·         Hiperglikemia
·         Glikosuria
·         Dapat diikuti gangguan sekunder metabolisme protein dan lemak
·         Dapat berakhir dengan kematian
·         Insidensi terbanyak usia 50 – 60 thn
·         Dapat juga dekade pertama atau pada yang sudah lanjut
·         Penyakit ini diturunkan secara autosomal resesif
2)      Etiologi :
·         Sebab tepat belum diketahui
·         berhubungan dgn kelainan hormonal:
Insulin
Growth hormon
Hormon steroid
·         Keadaan diabetes timbul akibat ketidak seimbangan dalam interaksi pankreas, hipofisis dan adreanal
Komplikasi diabetes melitus :
·         Merupakan gangguan biokimia.
·         Cedera morfologik sebenarnya tidak dapat untuk menegakkan diagnosis
Pada umumnya kerusakan pada sel beta ringan (Pankreas) → tidak mungkin menimbulkan gangguan produksi insulin
·         Bila ada :
Hialinisasi
Fibrosis
Vakoalisasi hidropik yang sebenarnya merupakan  penimbunan glikogen.
Bila gangguan metabolisme karbohidrat terlalu lama → hiperglikemik menahun, pada otot, hati dan jantung terjadi difisiensi (pada pembuluh darah)
·         Lemak dimobilisasi sebagai sumber tenaga →lemak dalam darah bertambah.
·         Lipaemia dan cholestrolimia → gangguan vaskular, dengan komplikasi  aterioskelosis merata → skeloris pembuluh darah arteri coronaria, ginjal dan retina Mata
·         Skelosis arteri retina → retinitis diabetika.
·         Perdarahan kecil-kecil tidak teratur
·         Pelebaran pembuluh darah retina dan berkeluk-keluk
·         Kapiler-kapiler membentuk mikroaneurisma jantung
Sering ditemukan pada 3 keadaan :
·  Akibat pemakaian insulin berlebihan pada diabetes
·  Pada pengobatan psykosis dengan shock hipoglikemik
·  Akibat pembentukan insulin berlebihan pada  tumor pankreas yang dibentuk oleh sel beta
b)      Gangguan metabolisme protein
Jika terjadi pada pemasukan protein kurang maka terjadi kekurangan kalori, asam amino, mineral, dan faktor lipotropik. Akibatnya yang ditimbulkan :
o   Pertumbuhan tubuh terganggu/terhambat
o   Pemeliharaan jaringan tubuh terganggu
o   Pembentukkan zat anti dan serum protein akan terganggu.
    • Penderita mudah terserang penyakit infeksi, perjalanan infeksi berat, luka sukar sembuh dan mudah terserang penyakit hati akibat kekurangan faktor lipotropik.
c)    Gangguan metabolisme lemak
Jika kelebihan lemak (Obesitas) maka :
·         Terjadi kalori didapat > kalori yg dimetabolisme (hipometabolisme)
·         Kalori yg dibutuhkan menurun → berat badan naik, meskipun diberi makan  tidak berlebihan
·         Lemak ditimbun pada jaringan subkutis, jaringan retroperitoneum, peritoneum, omentum, pericardium, dan pankreas.
·         Obesitas → memperberat hipertensi, diabetes, penyakit jantung


2.2. TERMOREGULASI
A. Pengertian Termoregulasi
Termoregulasi adalah proses yang melibatkan mekanisme homeostatik yang mempertahankan suhu tubuh dalam kisaran normal, yang dicapai dengan mempertahankan keseimbangan antara panas yang dihasilkan dalam tubuh dan panas yang dikeluarkan (Brooker, 2008).
Keseimbangan suhu tubuh diregulasi oleh mekanisme fisiologis dan prilaku. Agar suhu tubuh tetap konstan dan berada dalam batasan normal, hubungan antara prediksi panas dan pengeluaran panas harus dipertahankan. Hubungan diregulasi melalui mekanisme neurologis dan kardiovaskular.
Hipotalamus yang terletak antara hemisfer serebral, mengontror suhu tubuh sebagaimana kerja termostat dalam rumah. Hipotalamus merasakan perubahan ringan pada suhu tubuh. Hipotalamus anterior mengontror pengeluaran panas, dan hipotalamus posterior mengontror produksi panas.
B. Faktor-Faktor Termoregulasi
Banyak faktor yang mempengaruhi suhu tubuh. Perubahan pada suhu tubuh dalam rentang normal terjadi ketika hubungan antara produksi panas dan kehilangan panas diganggu oleh variabel fisiologis atau prilaku. Berikut adalah faktor yang mempengarui suhu tubuh :
     a.      Usia
Pada saat lahir, bayi meninggalkan lingkungan yang hangat, yang relatif konstan, masuk dalam lingkungan yang suhunya berfluktuasi dengan cepat. Suhu tubuh bayi dapat berespon secara drastis terhadap perubahan suhu lingkungan. Bayi baru lahir mengeluaran lebih dari 30% panas tubuhnya melalui kepala oleh karena itu perlu menggunakan penutup kepala untuk mencegah pengeluaran panas. Bila terlindung dari ingkungan yang ektrem, suhu tubuh bayi dipertahankan pada 35,5 ºC sampai 39,5ºC. Produksi panas akan meningkat seiring dengan pertumbuhan bayi memasuki anak-anak. Perbedaan secara individu 0,25ºC sampai 0,55 ºC adalah normal (Whaley and Wong, 1995).
Regulasi suhu tidak stabil sampai pubertas. Rentang suhu normal turun secara berangsur sampai seseorang mendekati masa lansia. Lansia mempunyai rentang suhu tubuh lebih sempit daripada dewasa awal. Suhu oral 35 ºC tidak lazim pada lansia dalam cuaca dingin. Nmun rentang shu tubuh pada lansia sekitar 36 ºC. Lansia terutama sensitif terhadap suhu yang ektrem karena kemunduran mekanisme kontrol, terutama pada kontrol vasomotor ( kontrol vasokonstriksi dan vasodilatasi), penurunan jumlah jaringan subkutan, penurunan aktivitas kelenjr keringat dan penurunan metabolisme.
      b.      Olahraga
Aktivitas otot memerlukan peningkatan suplai darah dalam pemecahan karbohidrat dan lemak. Hal ini menyebabkan peningkatan metabolisme dan produksi panas. Segala jenis olahraga dapat meningkatkan produksi panas akibatnya meningkatkan suhu tubuh. Olahraga berat yang lama, seperti lari jarak jauh, dapat meningatkan suhu tubuh untuk sementara sampai 41 ºC.
      c.      Kadar hormon
Secara umum, wanita mengalami fluktuasi suhu tubuh yang lebih besar dibandingkan pria. Variasi hormonal selama siklus menstruasi menyebabkan fluktuasi suhu tubuh. Kadar progesteron meningkat dan menurun secara bertahap selama siklus menstruasi. Bila kadar progesteron rendah, suhu tubuh beberapa derajat dibawah kadar batas. Suhu tubuh yang rendah berlangsung sampai terjadi ovulasi. Perubahan suhu juga terjadi pada wanita menopause. Wanita yang sudah berhenti mentruasi dapat mengalami periode panas tubuh dan berkeringat banyak, 30 detik sampai 5 menit. Hal tersebut karena kontrol vasomotor yang tidak stabil dalam melakukan vasodilatasi dan vasokontriksi (Bobak, 1993)
      d.      Irama sirkadian
Suhu tubuh berubah secara normal 0,5 ºC sampai 1 ºC selama periode 24 jam. Bagaimanapun, suhu merupakan irama stabil pada manusia. Suhu tubuh paling rendah biasanya antara pukul 1:00 dan 4:00 dini hari. Sepanjang hari suhu tubuh naik, sampai seitar pukul 18:00 dan kemudian turun seperti pada dini hari. Penting diketahui, pola suhu tidak secara otomatis pada orang yang bekerja pada malam hari dan tidur di siang hari. Perlu waktu 1-3 minggu untuk perputaran itu berubah. Secara umum, irama suhu sirkadian tidak berubah sesuai usia. Penelitian menunjukkan, puncak suhu tubuh adalah dini hari pada lansia (lenz,1984)
      e.      Stres
Stres fisik dan emosi meningkatkan suhu tubuh melalui stimulasi hormonal dan persarafan. Perubahan fisiologi tersebut meningkatkan panas. Klien yang cemas saat masuk rumah sakit atau tempat praktik dokter, suhu tubuhnya dapat lebih tinggi dari normal
      f.        Lingkungan
Lingkungan mempengaruhi suhu tubuh. Jika suhu dikaji dalam ruangan yang sangat hangat, klien mungkin tidak mampu meregulasi suhu tubuh melalui mekanisme pengluaran-panas dan suhu tubuh akan naik. Jika kien berada di lingkungan tanpa baju hangat, suhu tubh mungkin rendah karena penyebaran yang efektif dan pengeluaran panas yang konduktif. Bayi dan lansia paling sering dipengaruhi oleh suhu lingkungan karena mekaisme suhu mereka kurang efisien.

C. Mekanisme Pengeluaran Panas
          Pengeluaran dan produksi panas terjadi secara simultan. Struktur kulit dan paparan  terhadap lingkungan secara konstan, pengeluaran panas secara normal melalui:
  1. Radiasi
                Perpindahan panas dari permukaan suatu objek ke objek lain tanpa keduanya                      bersentuhan. Contohnya: melepaskan pakaian dan selimut.
                2.Konduksi
                Perpindahan panas dari suatu objek keobjek lain dengan kontak langsung.
Contohnya    memberikan kompres es atau memandikan klien dengan air dingin.
 3. Konveksi
Perpindahan panas karena gerakan udara .Contohnya Kipas angin, AC ,dan pendingin   udara.
4. Evaporasi
Perpindahan energi panas ketika cairan berubah menjadi gas. Contohnya : berkeringat.
5.Diaforesi
Respirasi visual dahi dan torak atas. Contohnya : bila suhu tubuh meningkat, kelenjar    keringat mengeluarkan keringat yang menguap dari kulit untuk meningkatkan kehilangan            panas.
D. Kelelahan Akibad Panas
Kelelahan akibat panas terjadi jika diaporesis yang banyak mengakibatkan kehilangan cairan dan elektrolit secara berlebihan. Disebabkan oleh lingkungan yang terpajan panas. Tanda dan gejala kurang volume cairan adalah hal yang umum selama kelelahan akibat panas. Tindakan pertama yaitu memindahkan klien ke lingkungan yang lebih dingin serta memperbaiki keseimbangan cairan elektrolit.
1.Hipertemia
            Peningkatan suhu tubuh sehubungan dengan ketidakmampuan suhu tubuh untuk meningkatkan pengeluaran panas atau menurunkan produksi panas adalah hipertermia. Setiap penyakit atau trauma pada hipotalamus dapat mempengaruhi mekanisme pengeluaran panas. Hipertemia malignan adalah kondisi bawaan tidak dapat mengontrol produksi panas, yang terjadi ketika orang yang rentan menggunakan obat-obatan anestetik tertentu.
2.Heatstroke
            Pajanan yang lama terhadap sinar matahari atau lingkungan dengan suhu tinggi dapat mempengaruhi mekanisme pengeluaran panas. Kondisi ini disebut heatstoke, kedaluratan yang berbahaya panas dengan angka mortalitas yang tinggi. Klien beresiko termasuk yang masih sangat muda atau sangat tua, yang memiliki penyakit kardiovaskuler, hipotiroidisme, diabetes atau alkoholik. Yang juga termasuk beresiko adalah orang yang mengkonsumsi obat yang menurunkan kemampuan tubuh untuk mengeluarkan panas ( misal: penotiazin, antikolinergik, diuretik, amfetamin, dan antogonis reseptor beta-adrenergik) dan mereka yang menjalani latihan olahraga atau kerja yang berat (misal: atlit, pekerja konstruksi dan petani). Tanda dan gejala heatstroke termasuk gamang, konfuksi, delirium, sangat haus, mual, keram otot, gangguan visual, dan bahkan inkontinensia. Tanda yang paling penting dari heatstroke adalah kulit berkeringat karena kehilangan elektrolit sangat berat dan malfungsi hipotalamus heatstroke. Dengan suhu lebih besar dari 40,5®C mengakibatkan kerusakan jaringan pada sel dari semua organ tubuh. Tanda vital menyatakan suhu tubuh kadang-kadang setinggi 40®C, takikardia dan hipotensi. Otak mungkin merupakan organ yang lebih dahulu terkena karena sensitifitasnya terhadap ketidak seimbangan elektrolit. Jika kondisi terus berlanjut klien menjadi tidak sadar, pupil tidak reaktiv. Terjadi kerusakan neurologis yang permanent kecuali jika tindakan pendinginan segera dimulai.
3.Hipotermia
            Pengeluaran panas akibat paparan terus menerus terhadap dingin mempengaruhi kemampuan tubuh untuk memproduksi panas, mengakibatkan hipotermia. Hipotermia diklarifikasikan melalui pengukuran suhu inti. Hal tesebut terjadi kebetulan atau tidak sengaja selama prosedur bedah untuk mengurangi kebutuhan selama prosedur bedah untuk mengurangi kebutuhan metabolik dan kebutuhan oksigen. Hipotermia aksidental biasanya terjadi secara berangsur dan tidak diketahui selama beberapa jam. Ketika suhu tubuh turun menjadi 35C, klien mengalami gemetar yang tidak terkontrol, hilang ingatan, depresi, dan tidak mampu menilai. Jika suhu tubuh turun dibawah 34,4C, frekuensi jantung, pernapasan, dan tekanan darah turun. Kulit menjadi sianotik. Jika hipotermia terus berlangsung, klien akan mengalami distrimia jantung, kehilangan kesadaran dan tidak responsif terhadap stimulus nyeri.         Dalam kasus hipotermia berat, klien menunjukan gejala klinis yang mirip dengan orang mati(misalnya tidak ada respon terhadap stimulus dan nadi serta pernapasan sangat lemah). Pengkajian suhu inti tubuh penting bila diduga hipotermia. Termometer dengan bacaan khusus rendah mungkin dibutuhkan karena termometer standar tidak memiliki angka dibawah 35C. Radang beku (frosbite) terjadi bila tubuh terpapar pada suhu dibawah normal. Kristal es yang terbentuk didalam sel dapat mengakibatkan kerusakan sirkulasi dan jaringan secara permanent. Daerah yang terutama rentan terhadap radang dingin adalah lobus telinga, ujung hidung, jari, dan jari kaki. Daerah yang cedera berwarna putih berlilin, dan keras jika tersentuh. Klien hilang sensasi pada daerah yang terkena. Intervensi termasuk tindakan memanaskan secara bertahap analgesik dan perlindungan area yang terkena.
Pengaturan suhu tubuh dalam keadaan panas :
            1.Fisik
·         penambahan aliran darah permukaan tubuh
·         terjadi aliran darah maximum pada anggota badan
2.Keringat
Pada saat suhu kulit menurun, maka set point meningkat. Bila suhu kulit meningkat pengeluaran keringat akan dimulai pada suhu hipothalamus yang lebih rendah, daripada   ketika suhu kulit yang lebih rendah. Pengeluaran keringat akan dihambat ketika suhu kulit           rendah. Jika tidak, efek gabungan dari rendahnya suhu kulit dan pengeluaran keringat dapat     menyebabkan kehilangan panas tubuh yang lebih banyak.
E. Fisiologi Termoregulasi 
Tubuh manusia merupakan organ yang mampu menghasilkan panas secara mandiri dan tidak tergantung pada suhu lingkungan. Suhu tubuh dihasilkan dari :
            1. Laju metabolisme basal (basal metabolisme rate, BMR)
            2. Laju cadangan metabolisme yang disebabkan aktivitas otot (termasuk kontraksi
   otot akibat    menggigil).
            3.Metabolisme tambahan akibat pengaruh hormon tiroksin dan sebagian kecil hormon
               lain, misalnya hormon pertumbuhan (growth hormone dan testosteron).
            4. Metabolisme tambahan akibat pengaruh epineprine, norepineprine, dan rangsangan            simpatis pada sel.
            5. Metabolisme tambahan akibat peningkatan aktivitas kimiawi di dalam sel itu  
                 sendiri        terutama bila temperatur menurun.

                        Suhu tubuh manusia cenderung berfluktuasi setiap saat. Banyak faktor yang dapat menyebabkan fluktuasi suhu tubuh dari fungsi yang terganggu hingga lingkungan yang ekstrim. Titik tetap tubuh dipertahankan agar suhu tubuh inti konstan pada 37°C. Apabila pusat temperatur hipotalamus mendeteksi suhu tubuh yang terlalu panas, tubuh akan melakukan mekanisme umpan balik. Mekanisme umpan balik ini terjadi bila suhu inti tubuh telah melewati batas toleransi tubuh untuk mempertahankan suhu,yang disebut titik tetap (set point).
                        Tubuh manusia memiliki seperangkat sistem yang memungkinkan tubuh menghasilkan, mendistribusikan, dan mempertahankan suhu tubuh dalam keadaan konstan. Berdasarkan distribusi suhu di dalam tubuh, dikenal suhu inti (core temperatur), yaitu suhu yang terdapat pada jaringan dalam, seperti kranial, toraks, rongga abdomen, dan rongga pelvis. Suhu ini biasanya dipertahankan relatif konstan (sekitar 37°C). Selain itu, ada suhu permukaan (surface temperatur), yaitu suhu yang terdapat pada kulit, jaringan sub kutan, dan lemak. Suhu ini biasanya dapat berfluktuasi sebesar 30°C sampai 40°C.

F. Patosiologi Termoregulasi
Suhu tubuh secara normal dipertahankan pada rentang yang sempit, walaupun terpapar suhu lingkungan yang bervariasi. Suhu tubuh secara normal berfluktuasi sepanjang hari, 0,5 C dibawah normal pada pagi hari dan 0,5 C diatas normal pada malam hari.3 Suhu tubuh diatur oleh hipotalamus yang mengatur keseimbangan antara produksi panas dan kehilangan panas. Produksi panas tergantung pada aktivitas metabolik dan aktivitas fisik. Kehilangan panas terjadi melalui radiasi, evaporasi, konduksidankonveksi.
            Dalam keadaan normal termostat di hipotalamus selalu diatur pada set point sekitar 37 C, setelah informasi tentang suhu diolah di hipotalamus selanjutnya ditentukan pembentukan dan pengeluaran panas sesuai dengan perubahan set point.
Mekanisme Tubuh Ketika Suhu Tubuh Berubah
1.      Mekanisme tubuh ketika suhu tubuh meningkat :
Bila hipotalamus anterior menerima informasi suhu luar lebih tinggi dari suhu tubuh maka pengeluaran panas ditingkatkan dengan vasodilatasi kulit dan menambah produksi keringat.
• Vasodilatasi  disebabkan oleh hambatan dari pusat simpatis pada hipotalamus posterior   (penyebab vasokontriksi) sehingga terjadi vasodilatasi yang kuat pada kulit, yang        memungkinkan percepatan pemindahan panas dari tubuh ke kulit hingga delapan kali lipat        lebihbanyak.
• Berkeringat  pengeluaran keringat menyebabkan peningkatan pengeluaran panas melalui             evaporasi.
• Penurunan pembentukan panas  Beberapa mekanisme pembentukan panas, seperti termogenesis kimia dan menggigil dihambat dengan kuat.
2.        Mekanisme tubuh ketika suhu tubuh menurun :
Bila hipotalamus posterior menerima informasi suhu luar lebih rendah dari suhu tubuh maka pembentukan panas ditambah dengan meningkatkan metabolisme dan aktivitas otot rangka dalam bentuk menggigil dan pengeluaran panas dikurangi dengan vasokontriksi kulit dan pengurangan produksi keringat sehingga suhu tubuh tetap dipertahankan tetap. Hipotalamus anterior mengatur suhu tubuh dengan cara mengeluarkan panas.
ü  Vasokontriksi karena rangsangan pada pusat simpatis hipotalamus posterior.
ü  Piloereksi   Rangsangan simpatis menyebabkan otot erektor pili yang melekat pada folikel            rambut berdiri.
ü  Peningkatan pembentukan panas  sistem metabolisme meningkat melalui mekanisme menggigil, pembentukan panas akibat rangsangan simpatis, serta peningkatan sekresi tiroksin. Umumnya peninggian suhu tubuh terjadi akibat peningkatan set point. Infeksi bakteri            menimbulkan demam karena endotoksin bakteri merangsang sel PMN untuk membuat pirogen endogen yaitu interleukin-1, interleukin 6 atau tumor nekrosis faktor. Pirogen endogen bekerja di hipotalamus dengan bantuan enzim siklooksigenase membentuk protaglandin selanjutnya prostaglandin meningkatkan set point hipotalamus. Selain itu pelepasan endogen diikuti oleh pelepasan cryogens (antipiretik endogen) yang ikut          memodulasi peningkatan suhu tubuh dan mencegah peningkatan suhu tubuh pada tingkat yang mengancam jiwa.



BAB III
PENUTUP

3.1 Kesimpulan
            Berdasarkan pembahasan diatas dapat disimpulkan bahwa :
Metabolisme adalah suatu proses kimiawi yang terjadi di dalam tubuh semua makhluk hidup, proses ini merupakan pertukaran zat ataupun suatu organisme dengan lingkungannya. Metabolisme merupakan totalitas proses kimia di dalam tubuh.
Proses metabolisme terdiri dari :
ü  Metabolisme karbohidrat
Proses pencernaan karbohidrat terjadi dengan menguraikan polisakarida menjadi monosakarida. Hasil akhir dari proses pencernaan adalah glukosa, fruktosa, glaktosa, manosa dan monosakarida lainnya.
ü  Metabolisme protein
Protein dalam makanan hampir sebagian besar berasal dari daging dan sayur sayuran.Protein dicerna di lambung oleh enzim pepsin, yang aktif pada pH 2-3 (suasana asam). Pepsin mampu mencerna semua jenis protein yang berada dalam makanan.
ü  Metabolisme lemak
Pencernaan lemak tidak terjadi di mulut dan lambung karena di tempat tersebut tidak terdapat enzim lipase yang dapat menghidrolisis atau memecah lemak. Pencernaan lemak terjadi di dalam usus, karena usus mengandung lipase.
Termoregulasi adalah proses yang melibatkan mekanisme homeostatik yang mempertahankan suhu tubuh dalam kisaran normal, yang dicapai dengan mempertahankan keseimbangan antara panas yang dihasilkan dalam tubuh dan panas yang dikeluarkan. Faktor-faktor yang mempengaruhi termoregulasi adalah sebagai berikut :
ü  Usia
ü  Olahraga
ü  Kadar hormone
ü  Irama sirkadian
ü  Stress
ü  Lingkungan
3.2.Saran
-






















DAFTAR PUSTAKA





Komentar

Postingan populer dari blog ini

DIABETES MELITUS TIPE 1 DAN TIPE 2 (PENGERTIAN, ETIOLOGI, PENATALAKSANAAN)

SUNSET KOTA KUPANG