makalah terapi gen. semoga bermanfaat
MAKALAH
BIOTEKNOLOGI
“ TERAPI
GEN “
KELOMPOK
V :
NETRISIANA
R. AKAL (164111021)
NURSOFIAHTUNNISAH
DIARJA (164111022)
PAULA M. A.
PERADA ARAN (164111023)
REGINARDIS
A. MULIA (164111024)
RISA SELI (164111025)
PROGRAM STUDI S1 FARMASI
SEKOLAH
TINGGI ILMU KESEHATAN
CITRA
HUSADA MANDIRI KUPANG
2017
KATA
PENGANTAR
Puji syukur kami
panjatkan ke hadirat Tuhan yang maha Esa , karena atas ijin dan bimbinganNya
penulisan makalah ini dapat berjalan dengan baik.
Penulisan
makalah dengan judul “Terapi Gen” memiliki banyak kendala namun dapat diatasi
dengan masukan-masukan dan berbagai
saran yang membangun dan mendidik, tak lupa kami mengucapkan terima kasih
kepada semua pihak yang turut mengambil bagian dalam penulisan makalah ini.
Tak
lepas dari itu, kami menyadari bahwa makalah ini memiliki benyak kekurangan
baik dalam segi isi maupun dalam penyusunan tata bahasa yang terdapat dalam
makalah ini. Untuk itu dengan senang hati kami menerima kritik dan saran dari
siapapun yang hendak memberikan kritik maupun saran yang membangun bagi
penulisan makalah ini.
Penyusunan
makalah ini kami harapkan dapat mmberikan informasi dan manfaat bagi sisapapun
yang membacanya.
Kupang, 19 September 2017
Penulis
DAFTAR
ISI
Kata
pengantar------------------------------------------------------------------------------ i
Daftar
isi------------------------------------------------------------------------------------ ii
BAB I PENDAHULUAN
1.1.Latar belakang-------------------------------------------------------------------------- 1
1.2.Rumusan masalah----------------------------------------------------------------------- 2
1.3.Tujuan----------------------------------------------------------------------------------- 2
BAB II ISI
2.1.
Pengertian Terapi Gen----------------------------------------------------------------- 3
2.2.Mekanisme
dan Metode Terapi Gen---------------------------------------------------- 3
2.3.
Tipe Terapi Gen---------------------------------------------------------------------------------
7
2.4.
Manfaat Terapi Gen----------------------------------------------------------------------------
8
BAB III PENUTUP
3.1.Kesimpulan----------------------------------------------------------------------------- 9
3.2.Saran------------------------------------------------------------------------------------ 9
Daftar
Pustaka
BAB
I
PENDAHULUAN
1.1.Latar
Belakang
Perkembangan ilmu pengetahuan dalam bidang biologi
molekuler dan bioteknologi
membawa
pengaruh besar dalam penyelesaian masalah-masalah yang dihadapi manusia dalam
berbagai bidang. Bidang kajian biologi molekuler mulai berkembang setelah Watson dan Crick pada
tahun 1953 berhasil menemukan struktur untai ganda (double helix) DNA
yang menjadi dasar perkembangan cabang ilmu bioteknologi. Berdasarkan struktur
untai ganda DNA, ilmuwan-ilmuwan di bidang biologi molekuler dapat melakukan serangkaian
eksperimen terkait struktur unik tersebut. Keingintahuan para ilmuwan akhirnya
mendorong terwujudnya sebuah proyek besar yang dinamai Proyek Genom Manusia
pada tahun 1990. Genetics Home Reference (2017) dari Amerika
Serikat menyatakan bahwa genom adalah set lengkap DNA yang dimiliki oleh suatu
organisme termasuk gen-gen orisinalnya. Setiap genom memiliki semua informasi
yang diperlukan organisme untuk tumbuh, berkembang, dan mengatur seluruh
aktivitas tubuhnya. Proyek Genom Manusia memiliki target utama untuk mengetahui
rangkaian atau sekuen lengkap gen manusia, fungsi masing-masing gen, dan inisiasi
genom struktural sehingga dapat diaplikasikan dalam dunia kesehatan (Moraes &
Góes, 2016). Proyek mulai dipublikasikan pada tahun 2001, namun ilmuwan kembali
mempublikasikan bahwa Proyek Genom Manusia telah berhasil mendapatkan sekuen keseluruhan
gen manusia di tahun 2003.
Bioteknologi
merupakan teknologi yang dikembangkan dengan memanfaatkan organisme, baik
secara utuh maupun bagian-bagiannya saja untuk menghasilkan produk yang
bermanfaat bagi manusia. Perkembangan bioteknologi modern telah sampai pada
pemanfaatan organisme pada level molekulernya dan terkait dengan rekayasa
genetika. Rekayasa genetika melibatkan manipulasi-manipulasi gen pada organisme
sehingga dapat dimanfaatkan baik di bidang pertanian, kesehatan, lingkungan,
industri, dan lainnya (Smith, 2009). Perkembangan bioteknologi di bidang
kesehatan mendukung pula perkembangan terapi gen sebagai salah satu alternatif
solusi masalah kesehatan. Terapi gen dapat digunakan untuk terapi penyakit,
baik yang bersifat genetis maupun yang bukan. Adanya terapi gen memberikan
pilihan lain bagi penderita penyakit tertentu untuk memilih metode pengobatan.
1.2.Rumusan
Masalah
1.
Apa yang dimaksud dengan terapi gen?
2.
Bagaimana mekanisme dan metode terapi
gen?
3.
Bagaimana tipe-tipe terapi gen
4.
Apa manfaat dari terapi gen?
1.3.Tujuan
1. Dapat
mengetahui pengertian dari terapi gen
2. Dapat
mengetahui mekanisme dan metode terapi gen
3. Dapat
mengetahui bagaimana tipe terapi gen
4. Dapat
mengetahui bagaimana manfaat dari terapi gen tersebut.
BAB
II
PEMBAHASAN
2.1.
pengertian Terapi Gen
Teknologi terapi gen tidak terlepas dariprinsip
rekayasa genetika untuk menghasilkan GMO (Genetically Modified Organism) atau
yang biasa dikenal sebagai organisme transgenik. Ide untuk terapi gen yaitu
dengan menambahkan gen yang normal ke bagian genom yang mengalami mutasi
ataupun kerusakan sehingga fungsi gen tersebut dapat diperbaiki (Kachroo &
Gowder, 2016).
Terapi gen adalah
suatu teknik terapi yang digunakan untuk memperbaiki gen-gen mutan (abnormal/cacat) yang bertanggung jawab
terhadap terjadinya suatu penyakit. Pada awalnya, terapi gen diciptakan untuk
mengobati penyakit keturunan
(genetik) yang terjadi karena mutasi pada satu gen, di mana
merugikan muatan alel digantikan dengan satu fungsional. Terapi gen pada manusia didefinisikan
sebagai transfer asam nukleat berupa DNA ke sel somatik pasien sehingga gen
tersebut memiliki efek pengobatan terhadap penyakit pasien.
Penggunaan terapi gen pada penyakit tersebut dilakukan dengan memasukkan
gen normal yang spesifik ke dalam sel yang memiliki gen mutan. Terapi gen
kemudian berkembang untuk mengobati penyakit yang terjadi karena mutasi di banyak gen, seperti kanker. Selain memasukkan gen normal ke dalam sel
mutan, mekanisme terapi gen lain
yang dapat digunakan adalah melakukan rekombinasi homolog untuk
melenyapkan gen abnormal dengan gen normal, mencegah ekspresi gen abnormal
melalui teknik peredaman gen, dan melakukan mutasi
balik selektif sehingga gen abnormal dapat berfungsi normal kembali. Pengobatan atau
pencegahan penyakit melalui terapi gen dilakukan dengan transfer bahan genetik
ke tubuh pasien. Terapi ini berkembang dengan pesat sejak clinical trial pada
tahun 1990 (Malik, 2005).
2.2. Mekanisme
dan Metode Terapi gen
Proses rekayasa genetik pada teknologi terapi gen
meliputi tahapan berikut: isolasi gen target, penyisipan gen target ke vektor
transfer, transfer vektor yang telah disisipi gen target ke organisme yang akan
diterapi, transformasi pada sel organisme target. Gen target yang telah
disisipkan pada organisme yang diterapi tersebut diharapkan mampu menggantikan
fungsi gen abnormal yang mengakibatkan penyakit pada penderita. gen Penyisipan
gen pada terapi gen umumnya menggunakan vektor berupa virus (viral vector)
maupun senyawa atau molekul selain virus (non viral vector).
Transfer gen pada terapi gen dengan menggunakan vektor berupa virus disebut
sebagai transduksi sedangkan transfer dengan vektor selain virus disebut
sebagai transfeksi. Vektor yang ideal sebaiknya mampu mengantarkan gen ke tipe
sel spesifik, mengakomodasi gen asing untuk menyesuaikan ukurannya, mencapai
level dan durasi ekspresi transgenik yang mampu memperbaiki kerusakan atau
ketidaknormalan gen, serta bersifat aman dan nonimunogenik (Mali, 2013). Nayerossadat
et al. (2012) menyatakan bahwa beberapa virus yang dimanfaatkan sebagai
vektor dalam terapi gen diantaranya adalah retrovirus, adenovirus (tipe
2 dan 5), adenoassociated virus (AAV), virus herpes, virus cacar,
human foamy virus (HFV), lentivirus, serta beberapa jenis lainnya.
Vektor berupa virus harus dimodifikasi genomnya dengan memotong sekuen tertentu
sehingga patogenisitasnya dapat dikurangi atau dihilangkan.
Vektor berupa
virus harus aman saat digunakan dalam proses terapi gen agar gen target yang
akan digunakan sebagai pengganti gen abnormal dapat diekspresikan dengan baik
tanpa menimbulkan efek samping bagi penderita yang diterapi.Penggunaan terapi
gen harus disesuaikan dengan jenis penyakit yang akan diterapi. Penyakit dan
hubungan genetiknya harus diketahui terlebih dahulu sebelum dilakukan terapi
gen. Apabila suatu gen yang terkait pada penyakit tertentu telah dapat
diidentifikasi, maka potensi penyakit tersebut untuk diterapi akan semakin
besar.
Metode terapi gen terbagi menjadi 2 yaitu metode yaitu:
1.
Metode In vivo
Yaitu transfer gen yang
telah dimodifikasi atau gen normal ke dalam
sel-sel sasaran pada pasien dengan menggunakan vektor biologi yaitu
virus .
Dalam sistem ini, vektor gen yang membawa gen terapeutik secara langsung
dimasukkan ke jaringan target atau organ, melalui injeksi sistemik, injeksi in
situ, obat oral atau semprot,dimana teknik injeksi in situ lokal pada jaringan
tumor paling sering dilakukan. Hampir semua uji klinis in vivo pada terapi gen
kanker didasarkan pada metode ini, yang meliputi injeksi intratumoral yang
dimediasi ole CT atau USG. Terapi gen secara in vivo tetap menggunakan
bantuan vektor untuk mentransfer gen target ke dalam jaringan atau organ pasien
penderita penyakit tertentu.
Pada Gambar di atas terlihat adanya vektor transfer
gen berupa virus yang dimodifikasi menjadi virus rekombinan dengan menyisipkan
DNA dengan gen target untuk terapi melalui metode teknologi DNA rekombinan.
Vektor virus yang telah mengandung gen target tersebut kemudian diinjeksikan ke
dalam tubuh pasien secara langsung menuju jaringan atau organ target di mana
gen untuk terapi tersebut dibutuhkan atau diekspresikan. Terapi gen secara in
vivo melibatkan proses transduksi secara langsung di dalam tubuh, lebih
mudah dilaksanakan dan dikembangkan dalam skala tertentu, dan tidak membutuhkan
fasilitas khusus karena injeksi atau transfer gen bisa dilakukan dengan metode
umum maupun menggunakan biolistic gene gun.
2. Metode
Ex vivo
Yaitu transfer gen yang telah dimodifikasi atau gen
yang normal dalam sel-sel sasaran pada pasien dengan menggunakan cara non virus.
Dalam sistem ini, sel-sel penerima yang sebelumnya diambil dari jaringan target
atau sumsum tulang dikultur secara in vitro dan kemudian dimasukkan kembali kedalam
tubuh pasien setelah transfer gen terapeutik. Terapi gen secara ex vivo memiliki
tahapan yang lebih kompleks dibanding secara in vivo. Terapi ini
melibatkan transduksi di laboratorium dengan kondisi spesifik tertentu sehingga
membutuhkan fasilitas laboratorium yang lebih lengkap. Metode ex vivo ini
juga mengakibatkan kurangnya populasi sel yang diproliferasi. Gambar 4
menunjukkan tahapan dalam metode terapi gen secara ex vivo yang terdiri
dari beberapa langkah, yaitu:
1. Isolasi sel yang memiliki gen abnormal dari
pasien penderita penyakit tertentu.
2. Sel hasil isolasi ditumbuhkan pada media kultur
tertentu yang sesuai dengan karakteristik sel
3. Sel target yang telah dikultur kemudian diinfeksi
dengan retrovirus yang mengandung rekombinan gen dalam bentuk gen normal
untuk menggantikan gen abnormal pada sel
4. Produksi rDNA dari RNA rekombinan (jika vektor
virus merupakan virus dengan materi genetik berupa RNA) dengan transkripsi
balik (reverse transcription)
5. Translasi gen normal pada sitoplasma sel
menghasilkan protein yang bertanggung jawab pada gen yang mengalami kerusakan
(terjadi integrasi antara gen target untuk terapi dengan gen pada sel yang
dikultur
6. Seleksi, perbanyakan, dan pengujian sel yang
telah ditransfeksi untuk mendapatkan sel normal yang gen abnormalnya telah
berhasil digantikan oleh gen baru
7. Injeksi kembali sel yang telah berhasil direkayasa
dengan terapi gen ke dalam jaringan atau organ pasien.
Metode lain untuk terapi gen adalah splising gen (gen splicing), yaitu
pemotongan gen pada pasangan basa. Pemotongan pasangan basa tersebut dilakukan
secara kimiawi dengan menggunakan bahan kimia disebut sebagai enzim restriksi,
yang berperan sebagai gunting untuk memotong DNA. Bermacam jenis enzim yang
memotong satu sequense nukleotida.
Begitu mengenali sequens yang cocok pada strand DNA, enzim tersebut
memotong dan memisahkan bagian dari pasangan basa tersebut dan meninggalkan
strand tunggal pada akhir dari helix pasangan ganda (Gb.11.1). Kemudian
peneliti memasukkan sequens yang dikehendaki pada rantai yang terbuka tersebut
untuk memperbaiki kelainan gen tersebut, sehingga rantai pasangan basa kembali
menjadi normal, hal ini disebut DNA ligase.
2.3. Tipe Terapi
Gen
Terdapat dua tipe utama terapi gen, meliputi terapi
gen sel embrional (germ line gene therapy) dan terapi gen sel
tubuh (somatic gene therapy) (Misra, 2013):
1.
Terapi gen sel embrional (germ line gene
therapy) Pada terapi gen sel kelamin ini,
digunakan sel kelamin jantan (sperma) maupun sel
kelamin betina (ovum) yang dimodifikasi dengan adanya penyisipan gen fungsional
yang terintegrasi dengan genomnya. Pada terapi gen dengan menggunakan germ
line, gen akan ditransfer ke dalam ovum ataupun zigot sehingga ketika ovum
tersebut fertilisasi dengan sperma membentuk zigot, maka zigot akan berkembang
dengan membawa gen yang telah disisipkan sebelumnya sehingga organisme baru
yang terbentuk telah memiliki gen yang berfungsi dalam terapi yang dimaksudkan.
Terapi gen sel embrional biasanya dilakukan pada hewan untuk membentuk hewan
transgenik. Terapi gen jenis ini memungkinkan perbaikan secara genetik yang
akan mulai terlihat ketika sel embrional telah berkembang menjadi individu
baru.
Gambar di atas menjelaskan tahapan dalam terapi gen
sel embrional pada monyet. Terdapat dua monyet, yaitu monyet A yang memiliki
kelainan pada mitokondrianya dan monyet B yang merupakan monyet normal. Untuk
menghasilkan keturunan monyet A yang normal tanpa adanya kelainan pada
mitokondria, maka dilakukan terapi gen melalui sel embrional. Kromosom pada
ovum monyet A diambil kemudian disisipkan ke dalam ovum monyet B yang memiliki
mitokondria normal. Proses pengambilan dan penyisipan tersebut dilakukan secara
ex vivo. Ovum monyet B yang telah disisipi materi genetik monyet A
kemudian difertilisasi oleh sperma dari monyet C yang sejenis dengan monyet A.
Ovum yang telah dibuahi sperma tersebut kemudian diinsersikan ke dalam uterus
monyet lain yang berperan sebagai induk inang untuk kemudian memfasilitasi
embrio tersebut untuk tumbuh dan berkembang. Embrio tersebut kemudian akan
dilahirkan dengan kondisi tanpa kelainan mitokondria.
2.
Terapi gen sel tubuh (somatic gene
therapy) Pada terapi gen sel tubuh ini, dilakukan
transfer gen fungsional ke dalam sel tubuh pasien
sehingga malfungsi pada organ dapat diperbaiki. Singh et al. (2016) menyatakan
bahwa terapi gen sel tubuh spesifik untuk setiap pasien dan tidak diturunkan ke
generasi berikutnya. Pada terapi gen dengan sel somatik, DNA yang mengandung
gen untuk fungsi terapi ditransfer ke dalam sel somatik baik secara in vivo maupun
ex vivo. Transfer gen tersebut biasanya ditujukan secara langsung ke
organ atau jaringan spesifik sehingga gen dapat terekspresi dengan baik. Pada
terapi gen dengan sel somatik juga tidak akan memberikan pengaruh terhadap sel
embrional.
2.4. Manfaat Terapi Gen
Menurut Johnson (2017), terapi gen sudah banyak
digunakan untuk pengobata kanker, penyakit kardiovaskuler, penyakit infeksius, penurunan
fungsi metabolisme tubuh, penyakit limfatik, hingga cedera akibat radiasi dan
penyembuhan pascabedah. Namun, tidak menutup kemungkinan berkembangnya terapi
gen untuk mengobati jenis penyakit lainnya. Gambar 11 menunjukkan beberapa
jenis penyakit yang diasumsikan dapat disembuhkan dengan terapi gen.
Penyakit-penyakit tersebut dapat diterapi apabila gen yang terkait dengan
munculnya penyakit telah berhasil diidentifikasi dan dapat ditemukan gen
fungsional yang dapat mensubstitusi gen yang abnormal tadi. Urutan pertama
penyakit yang diterapi gen adalah kanker. Beberapa jenis kanker terutama yang
terkait dengan abnormalitas suatu gen telah berhasil diterapi dengan
menyisipkan gen fungsional tertentu.
BAB
III
PENUTUP
3.1. Kesimpulan
Terapi
gen merupakan metode pengobatan terbaru yang dilakukan dengan mentransfer atau
menyisipkan gen fungsional tertentu yang dapat menggantikan fungsi gen abnormal
yang terkait dengan penyakit target. Terapi gen dapat mengatasi penyakit dengan
mengidentifikasi gen terkait terlebih dahulu. Terapi gen dapat dilakukan secara
in vivo maupun ex vivo baik menggunakan sel embrional maupun sel
somatik. Transfer gen fungsional pada terapi gen memanfaatkan vektor tertentu,
baik berupa vektor virus, seperti adenovirus, retrovirus, dan AAV maupun
vektor non viral menggunakan senyawa-senyawa organik tertentu. Hingga saat ini,
penyakit yang banyak menggunakan terapi gen sebagai salah satu alternatif
pengobatannya adalah kanker. Keberhasilan terapi gen sangat tergantung pada
efisiensi transfer gen fungsional serta efektivitas ekspresi gen fungsional
tersebut.
3.2. Saran
-
DAFTAR PUSTAKA
AL-KAUNIYAH: Journal of Biology, 10(1), 2017
Cindy Aprillianie Wijaya, Muchtaridi Muchtaridi Farmaka
Volume 15 Nomor 1
Darmono.
Therapi-gen.pdf
https://www.researchgate.net/publication/305986985
Komentar
Posting Komentar